Minggu, 15 November 2020

MENGENAL SCOPE WBS , MILESTONE , GANTT CHART DAN CPM


 

Project scope management adalah suatu kegiatan untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan yang dilakukan telah mencakupi semua requirement yang telah didefinisikan, dan tidak terdapat kegiatan tambahan yang tidak berhubungan dengan requirement.

Scope pada dasarnya dapat mengacu pada dua pengertian : Product Scope dan Project Scope. Product Scope adalah fitur dan fungsi yang merupakan karakteristik dari produk atau layanan yang dihasilkan, Sedangkan Project Scope adalah Kegiatan yang dilakukan untuk menghasulkan produk atau layanan

Hal-hal yang harus dilakukan dalam kegiatan Project Scope Management, yaitu :

·         Plan Scope Management (Management perencanaan ruang lingkup), adalah kegiatan untuk mendokumentasikan pendefinisian, proses validasi, dan pengontrolan Proyek. Tujuannya adalah untuk memberikan arahan tentang cara scope pengelolaan dalam proyek

·         Mengumpulkan Requirement, adalah kegiatan untuk mengumpulkan kebutuhan dari Stakeholder. Pada tahap ini, input yang diperlukan diantaranya : Scope management plan, requirement management plan, stakeholder management plan, Project Charter, dan Stakeholder Register. Input ini kemudian diproses dengan beberapa cara seperti interview, analisis dokumen, dan membuat prototype. Output yang diperoleh pada tahap ini adalah requirement documentation dan requirement traceability matrix.

·         Mendefinisikan Scope (ruang lingkup). Pada tahap ini, dilakukan pemilihan requirement berdasarkan requirement yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini, dibuat deskripsi lengkap tentang proyek dan produk, atau layanan

·         Membuat WBS (Work Breakdown Structure). Pada tahap ini, dilakukan pemecahan pekerjaan agar lebih mudah dilakukan.

·         Memvalidasi Scope. Proses validasi ini dilakukan berdasarkan Control Quality yang ditinjau oleh Customer atau Sponsor.

·         Mengontol Scope, adalah proses untuk memantau status dari suatu proyek dan scope produk serta mengelola perubahan pada scope

 


Work Breakdown Structure (WBS) adalah daftar kegiatan atau target dari ruang lingkup suatu proyek yang terorganisir dan biasa dibuat dengan menggunakan project management tools. Menurut (Satzinger, et al., 2012) ada dua pendekatan umum untuk membuat WBS, yaitu berdasarkan tujuan proyek atau berdasarkan timeline proyek. Pendekatan pertama dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh tujuan yang harus diselesaikan sesuai dengan iterasi yang telah dibuat. Kemudian WBS mengidentifikasi setiap tugas yang diperlukan untuk membuat setiap tujuan. Sedangkan pendekatan yang kedua, setiap tugas dikerjakan sesuai dengan urutan timeline dari aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan akhir.

WBS menyediakan sebuah struktur hirarki yang bertindak sebagai jembatan atau penghubung antara ruang lingkup proyek dan rencana rinci proyek yang akan dibuat dengan menggunakan sebuah software project management. Salah satu software yang biasa digunakan untuk membuat WBS yaitu Microsoft Project. WBS mengurai atau membagi proyek ke dalam komponen lebih kecil dan lebih mudah diatur yang biasa disebut work packages (Marchewka, 2015). Work package memberikan dasar logis untuk mendefinisikan kegiatan proyek dan menugaskan sumber daya yang dimiliki ke dalam setiap kegiatan tersebut jadi seluruh pekerjaan proyek teridentifikasi.

Berikut adalah hal yang perlu diingat ketika membuat sebuah Work Breakdown Structure (WBS):

  1. The WBS should support the project’s MOV

WBS harus mencakup tugas atau kegiatan yang diizinkan untuk tujuan proyek yang dilaksanakan.

  1. The WBS should be deliverable oriented

Fokus dari proyek harus menghasilkan sesuatu, bukan hanya menyelesaikan sebuah kegiatan spesifik tertentu.

  1. The level of detail should support planning and control

WBS memberikan sebuah jembatan antara ruang lingkup proyek dan rencana proyek, yaitu jadwal dan anggaran.

  1. Developing the WBS should involve the people who will be doing the work

Untuk memastikan bahwa WBS telah sesuai dengan tingkat kerincian yang diinginkan adalah dengan memastikan orang – orang yang memiliki pekerjaan tersebut telah terlibat dalam pengerjaan proyek itu.

 


Milestone adalah suatu bagian item pekerjaan yang dibuat seolah-olah menjadi temporary finish atau selesai sementara atas  sekelompok atau serangkaian pekerjaan-pekerjaan yang menjadi bagian dari schedule besar. Item pekerjaan yang dijadikan milestone haruslah item pekerjaan yang dianggap menjadi bagian penting sebelum melanjutkan pekerjaan berikutnya atau berpengaruh atas kelangsungan pekerjaan berikutnya. Contoh adalah pada suatu pekerjaan gedung yang dimulai dari kelompok pekerjaan persiapan lahan, struktur bawah, struktur atas, finishing dan M/E, lalu site development

 

Sebuah milestone yang efektif, harus memenuhi kriteria:

  1. Specific, dalam arti ruang lingkupnya jelas.
  2. Measurable, dalam arti terukur, untuk menentukan apakah tahapan tersebut bisa dinyatakan selesai atau tidak selesai.
  3. Attainable, dalam arti dapat diselesaikan kurun waktu yang tersedia.
  4. Relevant, dalam arti terkait dengan ruang lingkup pekerjaan.
  5. Timely, dalam arti ditentukan tanggal awal dan tanggal akhir penyelesaian.
  6. Open, dalam arti terbuka mudah dipahami oleh berbagai pihak.
  7. Small, dalam arti tidak terlalu rumit.
  8. Assignable, dalam arti dapat ditentukan dengan mudah pihak atau bagian yang bertanggungjawab atas pencapaian milestone.
  9. Progressive, dalam arti pencapaian suatau milestone adalah awal dari pelaksanaan milestone berikutnya.
  10. Significant, dalam arti ruang lingkup milestone tidak terlalu kecil sehingga tidak terlalu banyak milestone yang harus dibuat.

 

            Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka milestone dapat diartikan sebagai tahapan antara sebelum terwujudkan keseluruhan output dari sebuah kontrak. Dalam istilah yang sudah ada, milestone tidak lain adalah termjn atau tahapan pencapaian output. Pendekatan milestone/termijn dapat dicontohkan sebagai berikut:

  1. Pengadaan Barang, dapat terdiri dari milestone: penerimaan barang di gudang dan pengujian.
  2. Pekerjaan Konstruksi bangunan gedung, dapat terdiri dari milestone Pekerjaan pemadatan tanah (dari kelompok persiapan lahan), Pekerjaan cor pile cap (dari pekerjaan struktur bawah), Pekerjaan cor lantai paling atas (dari kelompok pekerjaan struktur atas) dan seterusnya.
  3. Pekerjaan Konstruksi wujud fisik lain, dapat terdiri dari milestone: design detail/engineering, pekerjaan konstruksi fisik, pengujian dan sertifikasi.

            Setelah bisa menentukan bagian pekerjaan, guna pencantuman dalam SSKK, maka masing-masing bagian pekerjaan perlu dilengkapi dengan:

  1. jangka waktu penyelesaian masing-masing milestone; dan
  2. prosentase nilai masing-masing milestone dibandingkan dengan nilai kontrak keseluruhan. prosesntasi nilai masing-masing milestone harus ditentukan dengan mengutamakan kepentingan PPK sebagai pemilik pekerjaan. Dalam arti apabila pekerjaan berhenti pada suatu milestone/termijn, PPK membayar lebih rendah dibandingkan prosentase prestasi pekerjaan yang tercapai.

            Bagi yang sedang mempersiapkan kontrak untuk tahun depan, menerapkan langkah sederhana tersebut di atas dapat memacu kinerja Penyedia dalam menyelesaikan tugasnya sesuai jangka waktu yang ditentukan.  Lebih dari itu, juga akan mengurangi potensi sengketa antara PPK dengan Penyedia maupun potensi masalah saat audit kemudian oleh aparat pengawasan.

 


Gantt Chart adalah sejenis grafik batang (Bar Chart) yang digunakan untuk menunjukan Tugas-tugas pada Proyek serta Jadwal dan waktu pelaksanaannya, seperti waktu dimulainya tugas tersebut dan juga batas waktu yang digunakan untuk menyelesaikan tugas yang bersangkutan. Orang atau Departemen yang ditugaskan untuk menyelesaikan Tugas dalam proyek juga harus dituliskan dalam Gantt Chart.

Beberapa sebutan lain untuk Gantt Chart diantaranya adalah Milestones Chart, Project Bar Chart dan juga activity chart. Gantt Chart yang dikembangkan oleh Henry Laurence Gantt pada tahun 1910 ini pada dasarnya adalah suatu gambaran atas perencanan, penjadwalan dan pemantauan (monitoring) kemajuan setiap kegiatan atau aktivitas pada suatu proyek.

Gantt Chart merupakan salah satu alat yang sangat bermanfaat dalam merencanakan penjadwalan dan memantau kegiatan pada suatu proyek,  mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dan juga status pelaksanaannya. Dalam Gantt Chart juga dapat dilihat urutan kegiatan ataupun tugas yang harus dilakukan berdasarkan prioritas waktu yang ditentukan.

 

Cara Membuat Gantt Chart

Gantt Chart merupakan grafik yang sederhana, Cara membuatnya juga cukup mudah. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam membuat Gantt Chart serta cara penggunaannya.

1. Mengidentifikasikan Tugas

            -Mengidentifikasikan Tugas yang perlu diselesaikan pada Proyek

           -Menentukan Milestone (bagian pekerjaan dari suatu tugas) dengan menggunakan Brainstorming             ataupun Flow chart.

            -Mengidentifikasikan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas.

            -Mengidentifikasikan urutan pekerjaan ataupun tugas yang akan dikerjakan. Seperti Tugas yang             harus diselesaikan sebelum memulai suatu tugas yang baru ataupun tugas-tugas apa yang harus               dilakukan secara bersamaan (Simultan).

2. Menggambarkan Sumbu Horizontal

Gambarkan sumbu horizontal untuk waktu pelaksanaannya (dapat diletakan diatas atau dibawah halaman).  Tandai dengan skala waktu yang sesuai (bisa dalam harian maupun mingguan).

3. Menuliskan Tugas ataupun Bagian Pekerjaan

Tuliskan Tugas atau bagian pekerjaan (milestone) yang akan dikerjakan berdasarkan urutan waktu pada bagian kiri. Gambarkan Diagram Batang (Bar Graph) untuk menunjukan rentang waktu yang diperlukan untuk melakukan tugas yang bersangkutan. Gambarkan kotak dari kiri dimana waktu Tugas tersebut dimulai sampai pada waktu tugas yang bersangkutan berakhir. Jika diperlukan presentasi kepada Manajemen perusahaan, gambarkan bentuk Intan (Diamond) pada tanggalnya. Gambarkan tepinya saja dan kotak tersebut jangan diisi.

4. Melakukan Pemeriksaan kembali

Lakukan pemeriksaan kembali, apakah semua tugas atau bagian pekerjaan untuk Proyek tersebut sudah tertulis semuanya ke dalam Gantt Chart.

 

Menggunakan Gantt Chart

  1. Saat Proyek sedang berlangsung, isikan gambar Intan (Diamond) ataupun Grafik Batang pada Gantt Chart untuk menunjukan bahwa tugas yang bersangkutan telah diselesaikan. Jika ada tugas masih berlangsung (in progress), estimasikan kemajuan tugas yang bersangkutan dan isikan grafik batang sesuai dengan kemajuan tersebut.
  2. Letakkan tanda vertical untuk menunjukan sejauh mana Proyek ini sedang berlangsung.

Contoh Gantt Chart



Dari Gantt Chart diatas dapat dilihat bahwa proyek telah berlangsung di minggu ke 6 (tanda panah kuning). Semua tugas yang terdapat didalam Gantt Chart telah dikerjakan sesuai dengan Jadwalnya.Gantt Chart ini merupakan salah satu alat (tools) untuk melakukan perencanaan Proyek (Project Planning) dan juga sebagai alat untuk memantau perkembangan proyek .

 



CPM atau Critical Path Method adalah sebuah konsep atau metode dalam project management yang digunakan untuk mengidentifikasi tugas-tugas utama dalam sebuah proyek sehingga kamu dapat menyelesaikannya secara maksimal tepat pada waktunya. 

Metode ini akan sangat membantu project manager dalam menganalisa, merencanakan dan menjadwalkan proyek dengan lebih efisien. Pasalnya, dengan menerapkan proyek ini kamu bisa menentukan: 

  • Daftar semua tugas yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. 
  • Tugas mana yang paling kritis, dalam artian paling berpengaruh terhadap total waktu yang dihabiskan dalam proyek tersebut dan harus lebih diprioritaskan.
  • Cara terbaik untuk menjadwalkan semua tugas dalam proyek agar memenuhi target waktu minimal penyelesaian. 

CPM sendiri sebetulnya sudah ada sejak tahun 1940an, namun baru populer sejak dikembangkan dan digunakan oleh Morgan R.Walker dari persahaan DuPont dan James E.Kelly dari Remington Road untuk menangani hubungan timbal balik dalam kegiatan yang dilakukan secara terpisah pada proyek yang dijadwalkan.

Teknik ini juga pernah digunakan oleh angkatan laut Amerika Serikat dalam Proyek Manhattan, sebuah program petahanan rahasia Amerika di Perang Dunia II. 

Metode Critical Path Method pada akhirnya terus dikenal dan banyak digunakan dalam dalam perencanaan dan pengelolaan proyek secara luas pada berbagai industri, seperti industri pertahanan, dirgantara, konstruksi dan product development. 

Dalam perkembangannya penerapan CPM memang tidak lagi persis dengan versi-versi sebelumnya, namun pendekatan yang digunakan dalam metode ini masih sama.

Critical Path Method cocok digunakan pada proyek-proyek yang terdiri dari beragam aktivitas atau tugas. Meski begitu, terdapat kelebihan dan kekurangan dari metode yang satu ini. 

Beberapa kelebihan dari Critical Path Method adalah:

  • Membantu project manager memberikan waktu minimum untuk menyelesaikan proyek.
  • Membantu menetapkan jadwal dan menyesuaikan sumber daya yang diperlukan.
  • Membantu membuat prioritas tugas.
  • Menghindari hilangnya fokus dalam mengerjakan banyak tugas dalam proyek.
  • Mendapat gambaran kegiatan yang dapat berjalan paralel satu sama lain.
  • Mengidentifikasi elemen paling penting dalam proyek. 
  • Membantu menentukan cara mencapai tujuan.

Sementara kekurangan dari Critical Path Method adalah:

  • Tidak terlalu efektif bila proyek terlalu besar dan kompleks.  
  • Kurang cocok diterapkan bila banyak improvisasi dalam proyek. 
  • Dalam beberapa proyek, mengidentifikasi jalur mana yang paling kritis mungkin akan terasa sulit. 
  • CPM diterapkan dengan asumsi bahwa kamu mengetahui waktu pasti yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas dalam proyek, namun dalam praktiknya kadang tidak semudah itu. 

Tahapan dalam Critical Path Method

Secara sederhana ada beberapa tahapan dasar pada saat menerapkan Critical Path Method. Beberapa tahapan dalam CPM adalah:

1. Identifikasi tugas atau kegiatan 

Ketahui ruang lingkup dalam proyek yang hendak dikerjakan. Kamu dapat membagi struktur kerja ke dalam daftar kegiatan.

Dengan membuat daftar kerja kamu bisa melihat semua tugas dalam sebuah proyek sehingga membuatnya lebih mudah dikelola dan diukur

2. Identifikasi urutan 

Tahapan selanjutnya dalam Critical Path Method adalah mengidentifikasi urutan dengan mempertimbangkan hubungan antar tugas dan aktivitas dalam proyek.

Pasalnya, dalam proyek terkadang terdapat beberapa kegiatan yang bergantung pada penyelesaian kegiatan lain sebelumnya. Dengan menentukan urutan tugas dengan tepat kamu bisa menghindari kemungkinan penundaan  yang terjadi di tengah-tengah proyek. 

3. Buat jaringan aktivitas 

Setelah kamu mengetahui tindakan mana saja yang bergantung satu sama lain, maka buatlah diagram jaringan atau path analysis chart. 

Kamu bisa menggunakan tanda panah untuk menghubungkan aktivitas atau tugas yang satu dengan lainnya berdasarkan ketergantungannya. 

4. Tentukan waktu penyelesaian tugas 

Buatlah perkiraan waktu penyelesaian setiap tugas atau interval waktu dari masing-masing tugas. Kamu dapat menghitungnya berdasarkan pengalaman masa lalu atau perkiraan dari anggota tim kamu. 

Dengan memperkirakan berapa banyak waktu yang harus dihabiskan untuk setiap tindakan kamu bisa menentukan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh proyek. 

5. Temukan critical path atau jalur kritis 

Setelah diagaram jaringan sudah dibuat lengkap dengan perkiraan waktu dan hubungan antar tugas, kamu bisa mengidentifikasi jalur kritis dalam proyek dengan benar. Lihatlah diagram dan analisa jalur kritis dengan melihat jumlah waktu yang dibutuhkan berdasarkan urutan terpanjang. 

Kamu dapat membuat urutan terpanjang pada jalur kritis atau critical path dengan menggunakan parameter berikut ini:

  • Early start - waktu ketika semua tugas sebelumnya diselesaikan
  • Early finish - waktu mulai terdekat dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
  • Late finish - semua aktivitas yang diselesaikan tanpa menunda deadline
  • Late start - Waktu berakhir terakhir dikurangi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. 

Lihat pula apakah kamu memiliki critical path yang bersaing, Jika iya, maka ada kemungkinan jalur kritis dapat berubah setelah proyek dimulai sehingga perubahan jadwal pun semakin mungkin terjadi. 

6. Perbarui perkembangan critical path

Tahap terakhir dalam CPM adalah memperbarui diagram jaringan setiap kali kamu menyelesaikan tugas dengan waktu penyelesaian yang sebenarnya. 

Dengan selalu memperbarui diagram kamu bisa mengevaluasi apakah proyek kamu tepat waktu atau kamu perlu melakukan penyesuaian lebih lanjut. 

Itulah dia ulasan mengenai Critical Path Method yang kerap digunakan dalam project management. 

Membuat gambaran visualisasi seluk beluk proyek dengan Critical Path Method memang sekilas terlihat merepotkan. Namun, dengan memanfaaatkan tools CPM tentu hal ini tidak lagi jadi masalah. 

Lagipula dengan menerapkan Critical Path Method kamu dan tim tidak hanya bisa memiliki pemahaman yang lebih baik tentang waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas dalam proyek, namun tim juga semakin menyadari bahwa untuk mencapai kesuksesan proyek maka setiap bagian dalam tim perlu bergantung satu sama lain. 

 

 



Sumber :

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-gantt-chart-cara-membuat-gantt-chart/

https://www.pengadaan.web.id/2018/10/pengertian-milestone-dalam-manajemen-proyek.html

https://sis.binus.ac.id/2017/05/05/13035/

https://www.ekrut.com/media/critical-path-method-adalah#:~:text=CPM%20atau%20Critical%20Path%20Method%20adalah%20sebuah%20konsep%20atau%20metode,secara%20maksimal%20tepat%20pada%20waktunya.